Cerita Mantan Kapten Tim PSIS Usai Krismon 1999: Gaji Telat Sudah Terbiasa!
Bonggo Pribadi, mantan kapten PSIS, mengaku prihatin mendengar kabar keterlambatan gaji yang dialami tim PSIS di BRI Liga 1 2024/2025. Menurutnya, masalah seperti ini bukan hal baru, karena ia sendiri pernah mengalaminya selama tujuh tahun membela Mahesa Jenar. Dibawah ini anda akan melihat informasi mengenai sepak bola menarik hari ini yang telah dirangkum oleh LIGA 1 INDONESIA.
Dalam audiensi usai kekalahan PSIS melawan PSS (1-2), perwakilan pemain dan pelatih mengungkapkan adanya keterlambatan pembayaran gaji. Kapten tim, Septian David Maulana, mengakui bahwa gaji Januari belum lunas, sementara gaji Februari hingga April belum dibayar sama sekali.
Bonggo menyatakan, meski tidak mengetahui detail masalah internal klub saat ini, ia berharap manajemen dapat segera menyelesaikan persoalan ini. “Soal gaji telat di sepak bola Indonesia bukan hal baru. Semoga manajemen bisa segera menemukan solusi,” ujarnya.
Kabar Gembira bagi pecinta bola, khususnya Timnas Garuda. Ingin tau jadwal timnas dan live streaming pertandingan timnas? Segera download!

Kondisi Keuangan PSIS di Masa Krisis Moneter 1999
Bonggo Pribadi membandingkan situasi keuangan PSIS di masa krismon 1999 dengan kondisi saat ini. Saat itu, ia bersama rekan-rekannya seperti I Komang Putra, Agung Setiabudi, dan Ali Sunan pindah dari Arseto Solo ke PSIS akibat dampak krisis moneter yang melanda Indonesia.
“Arseto Solo bubar karena krismon, begitu juga banyak klub Galatama lainnya. Kami pindah ke PSIS yang masih eksis di Perserikatan. Kondisi ekonomi dan politik saat itu sangat buruk,” jelas Bonggo. Meski begitu, ia menegaskan bahwa nilai kontrak pemain dulu jauh lebih kecil dibandingkan sekarang.
“Dulu kontrak pemain hanya sekitar Rp100 juta, sekarang bisa mencapai miliaran. Mayoritas pemain PSIS waktu itu berasal dari tim junior, jadi kalau ada keterlambatan gaji, masih bisa diatasi dengan cepat oleh pengurus,” tambahnya.
Baca Juga: Manajer Persib Umuh Muchtar Kecewa Timnya Dirugikan Wasit Saat Lawan Barito!
Pengalaman Menghadapi Keterlambatan Gaji di Masa Lalu
Bonggo mengungkapkan bahwa ia dan rekan-rekannya juga pernah mengalami keterlambatan gaji, meski tidak sampai tertunggak berbulan-bulan. “Gaji kami molor, biasanya hanya beberapa hari. Kalau seharusnya dibayar tanggal 10, mundur 5-10 hari. Tapi tetap dibayar di bulan yang sama, tidak menumpuk seperti sekarang,” ceritanya.
Selain itu, sistem kompetisi pada 1998/1999 berbeda dengan sekarang. “Ligina V waktu itu baru dimulai kembali setelah sempat dihentikan. Jumlah tim sedikit, pertandingan juga tidak sebanyak sekarang,” ujarnya.
Ia juga menyebut peran media sangat membantu dalam mempercepat pencairan gaji. “Dulu, media dekat dengan pemain dan pengurus. Kalau ada gaji telat, media langsung konfirmasi ke manajemen. Pengurus cepat bertindak karena tidak mau masalahnya terbuka ke publik,” kenang Bonggo.
Keprihatinan terhadap Dukungan untuk PSIS
Bonggo Pribadi mengungkapkan keprihatinannya terhadap minimnya dukungan pengusaha Semarang terhadap PSIS di masa lalu. “Pernah pengurus mengundang puluhan pengusaha, tapi hanya sekitar lima yang mau membantu. Donasinya pun tidak signifikan,” ungkapnya.
Akibatnya, pengurus PSIS sering kali harus menjual aset klub untuk menutupi kebutuhan operasional. “Dulu nilai aset yang dijual ratusan juta, sekarang mungkin sudah puluhan miliar. Tapi intinya, masalah pendanaan di sepak bola Indonesia masih menjadi tantangan besar,” tandasnya.
Dari pengalamannya, Bonggo berharap PSIS dan klub lain bisa lebih profesional dalam hal keuangan agar pemain tidak lagi dirugikan oleh keterlambatan gaji. Manfaatkan juga waktu luang anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi tentang berita sepak bola indonesia terupdate lainnya hanya dengan klik liga1indonesia.id.