Persela Lamongan Dijatuhi Hukuman: Gelar Laga Tanpa Penonton!
Persela Lamongan menerima sanksi berat akibat kerusuhan suporter di Stadion Tuban Sport Center saat pertandingan melawan Persijap Jepara.
Sanksi tersebut berupa larangan menggelar pertandingan dengan penonton selama satu musim kompetisi dan denda sebesar Rp 110 juta. Keputusan ini diambil oleh Komisi Disiplin PSSI karena Panpel Persela dianggap melanggar Kode Disiplin PSSI Tahun 2023. Berikut ini, kami akan memberikan informasi menarik lainnya dari sepak bola Indonesia yang telah kami rangkum di LIGA 1 INDONESIA.
Latar Belakang Kerusuhan
Kerusuhan terjadi pada laga babak 8 besar Liga 2 2024/2025 antara Persela Lamongan dan Persijap Jepara yang digelar di Stadion Tuban Sport Center, Tuban, pada 18 Februari 2025. Kericuhan dipicu oleh kekecewaan suporter Persela setelah timnya tertinggal 0-1 dan harus bermain dengan 10 orang. Tekanan psikologis akibat performa tim yang kurang memuaskan, ditambah dengan tensi tinggi pertandingan yang menentukan, menjadi faktor pemicu utama terjadinya insiden tersebut.
Suporter yang merasa frustrasi kemudian melampiaskan kekecewaannya dengan tindakan anarkis. Suporter mulai menyalakan flare, masuk ke lapangan, melempar batu dan botol, serta merusak fasilitas stadion. Aksi ini tidak hanya membahayakan keselamatan pemain dan ofisial pertandingan, tetapi juga merusak citra sepak bola Indonesia di mata publik. Akibatnya, pertandingan terpaksa dihentikan dan siaran langsung dihentikan oleh stasiun televisi.
Hal ini menunjukkan bahwa tindakan suporter telah melampaui batas dan mengganggu jalannya pertandingan secara signifikan. Kondisi semakin kacau ketika asap dan api menyebar ke berbagai sisi stadion, memaksa pemain berlarian menyelamatkan diri.
Tim Persijap bahkan sempat terjebak di ruang tunggu stadion sebelum dievakuasi oleh pihak kepolisian. Wasit kemudian menghentikan laga dengan skor 1-0 untuk keunggulan Persijap Jepara. Insiden ini menggambarkan betapa seriusnya situasi yang terjadi dan perlunya tindakan tegas untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa mendatang.
Download APK ShotsGoal Sekarang!
Tonton livestream gratis pertandingan favoritmu langsung di ShotsGoal!
Nikmati siaran berkualitas tinggi, update skor real-time, dan berbagai fitur menarik lainnya!
Sanksi dari Komdis PSSI
Komdis PSSI menjatuhkan sanksi berat kepada Persela Lamongan berupa larangan menggelar pertandingan dengan penonton saat menjadi tuan rumah selama satu musim kompetisi pada tahun 2025/2026. Sanksi ini merupakan bentuk hukuman atas pelanggaran yang dilakukan oleh suporter Persela, yang dianggap telah mencoreng nama baik sepak bola Indonesia.
Komdis PSSI berharap bahwa sanksi ini dapat memberikan efek jera bagi Persela dan klub-klub lain agar lebih memperhatikan perilaku suporter mereka. Selain larangan menggelar pertandingan dengan penonton, Panpel Persela juga dikenai denda sebesar Rp 110 juta. Denda ini harus dibayarkan oleh Persela sebagai bentuk tanggung jawab atas kerusakan yang terjadi di stadion dan kerugian yang dialami oleh pihak-pihak terkait.
Uang denda tersebut nantinya akan digunakan untuk memperbaiki fasilitas stadion yang rusak dan mengganti kerugian yang dialami oleh pihak-pihak yang terkena dampak kerusuhan. Sanksi ini diberikan karena Panpel Persela dianggap melanggar Kode Disiplin PSSI Tahun 2023. Pelanggaran tersebut meliputi penyalaan flare dalam jumlah besar, masuknya penonton ke area lapangan, pelemparan batu dan botol, serta perusakan fasilitas stadion.
Keputusan ini merujuk pada Pasal 68 huruf (c) jo Pasal 69 ayat 1 dan ayat 2 jo Pasal 70 ayat 1, ayat 2 dan lampiran 1 nomor 5 jo Pasal 13 ayat 2 Kode Disiplin PSSI Tahun 2023. Ketua Panpel Persela, Mahfud Syafi’i, membenarkan bahwa pihaknya telah menerima surat sanksi dari PSSI. Ia menyatakan akan mengajukan banding ke Komisi Banding PSSI.
Reaksi Persela Lamongan
Presiden Klub Persela Lamongan, Fariz Julinar Maurisal, menyesalkan tindakan para suporter yang menyebabkan kerusuhan. Ia menyadari tingginya harapan suporter, tetapi menekankan bahwa tindakan tersebut merugikan tim. Fariz mengaku siap menerima sanksi dari PSSI dan berharap kejadian ini menjadi pelajaran bagi semua pihak.
Manajemen Persela juga bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi di Stadion Tuban Sport Center. Panpel Persela bergerak cepat untuk memperbaiki fasilitas stadion yang rusak akibat ulah oknum suporter. Manajer Persela, Fariz Julinar Maurisal, mengimbau agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
Ia memahami kekecewaan yang dirasakan suporter, tetapi menegaskan bahwa tindakan merusak fasilitas stadion justru merugikan tim sendiri. Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi, juga menyampaikan permintaan maaf kepada Pemkab Tuban dan menyatakan kesiapan untuk bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan.
Langkah ini diambil sebagai bentuk tanggung jawab moral dan komitmen untuk menjaga hubungan baik antara Lamongan dan Tuban. Bupati berharap kejadian ini tidak merusak citra sepak bola Lamongan dan mengajak semua pihak untuk belajar dari pengalaman ini.
Baca Juga: Erick Thohir Bantah Isu Shin Tae-yong, Kompensasi Lunas
Pengulangan Hukuman Persela Lamongan
Sebelumnya, mereka juga mendapatkan sanksi yang serupa dari Komdis PSSI berupa larangan menggelar 4 pertandingan kandang tanpa penonton. Hal ini menunjukkan bahwa Persela memiliki masalah dalam mengendalikan suporter mereka. Sanksi sebelumnya diberikan akibat pelemparan, penyerangan, dan penganiayaan terhadap perangkat pertandingan saat bermain imbang 1-1 melawan RANS Nusantara pada 7 Oktober 2024 di Stadion Tuban Sport Center.
Insiden ini mencerminkan kurangnya pengawasan dan tindakan preventif dari pihak klub dalam menjaga keamanan dan ketertiban selama pertandingan. Pengulangan sanksi ini menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas langkah-langkah yang telah diambil oleh Persela untuk memperbaiki perilaku suporter mereka. Dengan adanya pengulangan sanksi ini, Persela diharapkan dapat melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengamanan dan pembinaan suporter.
Pihak klub perlu meningkatkan koordinasi dengan pihak keamanan dan melakukan sosialisasi kepada suporter mengenai pentingnya menjaga ketertiban dan menghindari tindakan anarkis. Selain itu, Persela juga perlu memberikan sanksi tegas kepada suporter yang terbukti melakukan pelanggaran agar memberikan efek jera dan mencegah terulangnya kejadian serupa.
Dampak Bagi Persela dan Sepak Bola Indonesia
Sanksi ini merupakan akibat dari kerusuhan suporter yang mencoreng nama baik sepak bola Indonesia. Selain itu, Panpel Persela juga dikenai denda sebesar Rp 110 juta atas kerusakan yang terjadi di stadion. Manajemen Persela menyesalkan tindakan suporter yang menyebabkan kerusuhan dan bertanggung jawab atas kerusakan di Stadion Tuban Sport Center.
Sebelumnya, Persela juga pernah menerima sanksi serupa berupa larangan menggelar 4 pertandingan kandang tanpa penonton akibat insiden pelemparan dan penyerangan terhadap perangkat pertandingan. Pengulangan sanksi ini menyoroti masalah pengendalian suporter yang belum teratasi di Persela.
Hal ini menjadi permasalahan utama dalam sepak bola Indonesia. Sebanyak 74 persen responden survei menyebutkan bahwa kerusuhan suporter menjadi perhatian utama. Kerusuhan ini sering dipicu oleh ketidakpuasan terhadap tim yang didukung dan diperparah oleh kepemimpinan wasit yang dianggap merugikan.
Kesimpulan
Kerusuhan suporter Persela Lamongan vs Persijap Jepara menjadi pelajaran pahit bagi semua pihak. Sanksi berat yang dijatuhkan kepada Persela diharapkan dapat memberikan efek jera dan menjadi pengingat bagi klub lain untuk lebih memperhatikan perilaku suporter.
Sepak bola seharusnya menjadi ajang hiburan dan pemersatu, bukan tempat untuk melampiaskan emosi dan melakukan tindakan anarkis. Semua pihak, mulai dari pemain, pelatih, manajemen klub, hingga suporter, memiliki tanggung jawab untuk menjaga nama baik sepak bola Indonesia.